Pada suatu haru saat kudapati diri ku sedang duduk terpaku, aku melihat ada sesosok pria yang yah.... boleh dibilang tampan. Sekejap ketika dia lewat di depan rumah dan mata ku tak berkedip sedikit pun, sejenak dalam hati bertanya ada apakah gerangan yang membuat pikiran ku jadi berputar. Lama aku berfikir, tanpa sadar pria itu datang menghampiri ku dan bertanya. Namun aku masih saja asik dalam lamunan. Ketika pria itu mengguncang-ngguncang tubuh ku dan kemudian berusaha menyadarkan ku bahwa disana ada dirinya.. barulah aku tersentak kaget .
Ketika ku liat wajahnya begitu dekatnya. Huhhhhh ... rasanya seperti ketika berada di ruangan yang penuh dengan cahaya yang kemerlapan, dan di penuhi oleh kilauan matahari. Subhanallah sungguh indahnya ... dia menyapa ku dan lagi-lagi matanya membuat aku tak bisa menahan rasa ingin meloncat seperti mendapat hadiah undian . mungkin sebagian menganggap itu hal biasa tapi sungguh tak tau mengapa bagi ku saat itu adalah luar biasa.
Beberapa saat kami berkenalan dan baru aku tahu ternyata dia tetangga baru yang tinggal di sebelah rumah persis. Obrolan yang cukup singkat namun tanpa sadar itu cukup berkesan buat ku. Karna dari situlah kami berdua mulai saling akrab dan mengenal satu sama lain. Awalnya aku menolak mengatakan itu hal yang paling luar biasa yang ku alami dalam hidup, tapi lama-lama aku pun bingung sendiri bagai mana menyangkalnya. Malam setelah perkenalan itu membuat aku selalu terbayang-bayang akan wajahnya. Rasanya memori di otak suadah termakan oleh Virusnya.
2 tahun berlalu berjalan begitu cepat.. tanpa sadar hari-hari selalu ku lalui dengannya. Yah.. kami adalah seorang sahabat. Ya mungkin selama ini dia hanya mengangap ku sahabat dan tidak lebih. Bagi ku amatlah senang mengenalnya. Dia mengajarkan ku banyak hal. Membuat ku tertawa membantu melupakan sejenak kesedihan, membuat ku menangis saat dia tanpa sengaja membaca diary ku yang memalukan, yah.. begitulah kami.
Tiada hari yang tidak kita lakukan bersama .. aku bahagia mempunyai sahabat seperti dia. Saat aku membutuhkannya dia akan selalu siap membantuku begitu pula sebaliknya. Tetapi pada akhirnya aku juga tetap harus menerima jikalau ada pertemuan pasti ada perpisahan. Ketika kami sama-sama duduk di bangku 3 dia pergi kembali bersama orang tuanya. Aku tahu itu sulit .. berpisah dengan teman karib. Apa lagi dialah satu-satunya teman ku bercerita, bersenda gurau, tempat ku berkeluh kesah, dan sebagainya.
Hatiku sedih karna aku sadar aku tidak akan pernah tahu kapan iya kembali, walaupun dia berjanji akan mencari ku kelak. Sejak kepergiannya tidak pernah ada kabar satu pun. Tidak ada yang pernah tau dima dia sekarang. Jangan kan untuk telfon, untuk berkirim surat pun aku tak tahu alamatnya, aku mencarinya di berbagai situs pertemanan di dunia maya pun tak ada, henfonnya pun tak lagi bisa di hubungi. Memang waktu itu dia bilang kalau tempat tinggalnya nanti adalah plosok terpencil karena ayahnya ditugaskan di sana sebagai dokter relawan. Diamana pun ia berada sekarang aku hanya berdo’a agar ia selalu sehat. Dan sampai saat ini aku selalu berharap dia tidak akan pernah lupa akan janjinya untuk kembali. Yahh dia bagai siluman .. datang dan pergi begitu saja..